Daftar Blog Saya

Senin, 07 Juni 2010

MENGKAJI AJARAN PELAYANAN SOSIAL KATOLIK

Wah, pertanyaan anda cukup unik, dan tidak mudah untuk menjawabnya, karena selain memang luas cakupannya, namun juga penerapannya memerlukan kreativitas dari yang terlibat. Saya menganjurkan, anda untuk membaca ringkasan beberapa dokumen resmi tentang ajaran sosial Gereja, jika anda mempunyai keterbatasan waktu untuk membaca semua dokumen ajaran sosial Gereja ini. Bukunya berjudul Precis of Official Catholic Teaching on the Social Teaching of the Church yang dikeluarkan oleh CCSP, berisi ringkasan beberapa surat ensiklik dari para Paus, seperti Rerum Novarum, Quadragesimo Anno, Mater et Magistra, Populorum Progressio, Laborem Excercens, Centesimus Annus, Sollicitudo Rei Socialis, Gaudium et Spes, dst.


Saya bukan seorang ahli dalam hal ini, maka yang dapat saya sampaikan di sini adalah prinsip-prinsip secara umum, yang dapat kita ketahui tentang prinsip ajaran sosial Gereja, yang mungkin dapat dipegang dalam pelayanan sosial Katolik, entah yang dilakukan oleh kaum religius ataupun oleh kaum awam, sehingga harapannya dapat membedakannya dengan LSM yang non-Katolik:

1. Prinsip dasar:
- Ajaran sosial Gereja selalu mempunyai prinsip dasar menjunjung tinggi martabat manusia sehingga hubungan timbal balik antar manusia dapat terwujud (Mater et Magistra, 220). Dasar martabat manusia ini adalah karena manusia diciptakan menurut gambaran Allah (lih. Kej 1:26; Keb 2:23, Gaudium et Spes 12, 29)

- Para pelayan sosial religius selayaknya mengusahakan hubungan timbal balik/ dialog antara kedua kelompok (yang menolong dan ditolong), dengan menyatakan kepada kedua pihak pengajaran Injil (lih. Rerum Novarum 41, Populorum Progressio 54)

- Semua kegiatan harus sesuai dengan prinsip moralitas praktis, di mana semua kebutuhan pribadi maupun masyarakat harus diharmonisasikan dengan persyaratan untuk mencapai kebaikan bersama/ “common good” (lih Mater et Magistra, 37).

- Setiap orang harus melihat sesamanya sebagai dirinya sendiri, dengan memikirkan hidupnya dan jalan yang diperlukan untuk hidup dengan cara yang layak: makanan, pakaian, perumahan, hak untuk memilih status hidup dan membentuk keluarga, hak untuk mengecap pendidikan, bekerja, nama baik, penghormatan, pengetahuan sepantasnya, hak untuk bertindak sesuai dengan hati nuraninya dan untuk melindungi keleluasaan pribadi (privacy) dan kebebasan beragama. (lih Gaudium et Spes, 26, 27).

- Solidaritas membantu kita melihat orang lain tidak sebagai alat tetapi sebagai sesama, seorang penolong (lih. Kej 2:18-20), sama-sama mengambil bagian di perjamuan kehidupan yang kepadanya kita semua dipanggil oleh Tuhan (Sollicitudo Rei Socialis, 39).

- Pihak yang lemah/ miskin harus dibantu untuk dapat memperoleh keahlian, agar dapat bersaing, dan dapat memperoleh kemampuan untuk menggunakan kapasitas dan sumber daya yang ada pada diri mereka (Centesimus Annus, 34)

- Kasih harus melampaui keadilan, dan bahwa segala kegiatan sosial ditujukan untuk memberikan kasih (dan keadilan) demi kebaikan bersama (Caritas in Veritate, 6)

Penerapannya mungkin adalah sebagai berikut:
a) mendorong agar pihak yang ditolong dapat berkembang, dan bukan hanya sekedar menerima bantuan.
b) Maka pihak lembaga pelayanan sosial Katolik tersebut juga harus mengusahakan berbagai pelatihan ataupun pendidikan agar dapat meningkatkan kemampuan mereka.
c) lembaga pelayanan sosial Katolik tersebut sedapat mungkin membuka kemungkinan dialog antara para donatur (pihak yang menolong) dan pihak yang ditolong.
d) jika pelatihan sudah diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah untuk mencari kemungkinan penyaluran jasa ataupun barang-barang yang dihasilkan dari orang-orang yang ditolong agar mereka dapat berkembang sebagai pribadi yang mandiri.

2. Penekanan kepada perkembangan manusia seutuhnya:

- Gereja dipercaya dengan tugas untuk membuka pemikiran manusia terhadap misteri Allah dan dengan demikian manusia dapat memahami arti dari keberadaannya, suatu kebenaran yang terdalam tentang dirinya sendiri (lih Gaudium et Spes, 41).

- Perkembangan otentik harus lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, namun harus lengkap: harus memajukan kebaikan setiap manusia dan keseluruhan manusia (Populorum Progressio, 14, lihat juga prinsip-prinsip yang diajarkan dalam ensiklik Paus Benediktus XVI yang terbaru, Caritas in Veritate)

- Perkembangan otentik manusia mensyaratkan pemahaman akan makna seksualitas manusia seperti yang dituliskan dalam Humane Vitae, dan pemahaman akan penerapan nilai-nilai Injil di dalam perbuatan, seperti yang tertulis dalam Evangelii Nuntiandi (lih. Caritas in Veritate, 15)

Penerapannya mungkin adalah:
a) sedapat mungkin melibatkan/ mendorong pembinaan iman keluarga yang ditolong.
b) mengajarkan nilai-nilai/ makna perkawinan di dalam ajaran Kristiani, terutama jika yang ditolong adalah keluarga-keluarga Katolik. Jika perlu mengadakan edukasi tentang KB alamiah.
c) menekankan pentingnya diadakan pelatihan/ edukasi, baik kepada pihak kepala keluarga dan jika mungkin program bea siswa anak-anak mereka.

3. Hal religius diutamakan:

- Segala organisasi sosial harus diatur dan diarahkan untuk melaksanakan cara-cara yang tepat untuk membantu setiap anggota untuk “meningkatkan kondisinya sedapat mungkin dalam hal jasmani, rohani dan kepemilikan.” (Rerum Novarum 42, Quadragesimo Anno 32).

- Lembaga pelayanan sosial Katolik harus melihat kepada Tuhan sebagai acuannya, maka instruksi religius harus mendapatkan tempat. Semua orang yang terlibat di dalamnya harus diingatkan akan kewajibannya kepada Tuhan, untuk menyembah Tuhan dan untuk mempraktekkan ajaran agamanya. Yang beragama Katolik harus diarahkan untuk menghormati Gereja Katolik, mematuhi peraturan Gereja dan mengikuti sakramen-sakramen Gereja, untuk menghantar mereka kepada pertobatan dan hidup yang suci (lih. Rerum Novarum 42)

Penerapannya mungkin adalah:
a) selain mengusahakan terpenuhinya kebutuhan hidup dasar dan perbaikan taraf hidup, segi rohani juga diperlukan, misalnya jika memungkinkan diadakan Misa Kudus bersama atau acara bersama yang bersifat rohani, jika mungkin diadakan rutin, bagi pengurus maupun bagi umat yang ditolong.
b) sebelum diadakan dan sesudah diadakannya kegiatan diawali dan ditutup dengan doa bersama, terutama para pengurusnya.

4. Keberpihakan Gereja adalah kepada yang miskin/ termiskin (Laborem Exercens, 8, Sollicitudo Rei Socialis, 42, Centesimus Annus, 11) maka prioritas utama harus diberikan kepada yang paling membutuhkan.

Penerapannya :
a) memberi prioritas utama untuk membantu mereka yang benar-benar miskin/ membutuhkan bantuan.
b) untuk ini diperlukan sistem dan kriteria yang jelas dan transparan.

Demikian yang dapat saya tuliskan untuk menjawab pertanyaan anda. Untuk melakukan hal ini tidaklah mudah, sebab diperlukan orang-orang yang berkomitmen, jujur, dan di atas semua itu, digerakkan oleh semangat kasih yang besar kepada Kristus untuk melakukan karya kerasulan ini. Karya pelayanan yang demikian juga selayaknya dapat menyebarkan nilai-nilai Injil di dalamnya, agar dapat menerapkan apa yang diajarkan oleh Kristus dan Gereja-Nya, demi mencapai perkembangan manusia yang seutuhnya: jasmani, rohani, baik pada orang yang ditolong, maupun yang menolong.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar